0

Ikhlas, Bersyukur dan Tersenyum

Chapter I :

Dalam hidup, tiap-tiap manusia pasti menginginkan atau mengharapkan hal-hal baik dan tidak mengharapkan hal-hal yang tidak baik terjadi padanya. Namun bagaimana realita kehidupan yang sebenarnya? Dalam kehidupan sesungguhnya yang terjadi adalah bahwa hari-hari yang dilalui oleh manusia tidak selalu ideal atau sesuai dengan yang diharapkan atau dengan kata lain terdapat ketidaksempurnaan. Adapun ketidaksempurnaan tersebut sangat beragam jenisnya, mulai dari hal paling kecil (ringan) sampai dengan hal besar (berat) dan ketidaksempurnaan tersebut ada yang berlaku temporary dan ada pula yang berlaku permanen atau tidak diketahui jangka waktu berakhirnya. Atas ketidaksempurnaan tersebut, banyak cara dilakukan oleh manusia sebagai solusi untuk mengatasinya, mulai dari menyerah dan pasrah dengan keadaan, mencoba berjuang mengatasi kesetidaksempurnaan, dan ada pula yang menerima ketidaksempurnaan tersebut sebagai kesempurnaan.

Chapter II :

Kami adalah sepasang suami isteri dengan 2 orang anak. Anak kami yang tertua seorang puteri nan cantik dan anak kami kedua seorang putera yang tampan. Puteri kami merupakan anak berkebutuhan khusus dengan diagnosa Autisme. Pada saat awal kami mengetahui hal ini, sebagai seorang suami isteri dengan latar belakang keluarga yang belum pernah mengalami hal tersebut, kami sangat terkejut akan hal ini. Sedih dan kecewa menjadi bagian dalam hidup kami. Waktu terus berjalan dan tidak terasa 1 tahun sejak diagnosa oleh dokter tersebut kami tetap merasakan sedih dan kecewa. Walaupun sejak saat diagnosa tersebut kami telah mulai melakukan berbagai hal untuk membantu meringankan diagnosa puteri kami, namun ketidaksempurnaan semakin lekat dengan keluarga kami. Sedih dan kecewa berkembang menjadi rasa emosi yang tidak terkontrol sehingga pertengkaran demi pertengkaran senantiasa terjadi. Hingga pada suatu waktu kami mencoba berdiskusi demi mencari solusi atas hal tersebut dan memperoleh kesimpulan bahwa pangkal dari ketidaksempurnaan keluarga kami bukanlah Autisme pada puteri kami, melainkan bahwa keluarga kami sudah sangat sempurna dengan segala hal yang kami miliki. Bahkan kami memperoleh karunia tanggung jawab untuk merawat, mendidik dan membesarkan puteri dan putera kami yang merupakan anak-anak istimewa. Ketidaksempurnaan bukanlah pengurang keistimewaan yang dimiliki oleh anak-anak kami. Sejak saat itu kami suami isteri ikhlas menerima ketidaksempurnaan sehingga tidak mengurangi rasa bersyukur kami. Hasilnya adalah kebahagiaan dapat kami rasakan. Selalu tersenyum walau variasi dalam hidup harus kami jalani.

Chapter I :

Hidup tidak selalu diliputi dengan kesempurnaan, namun hidup akan selalu diliputi dengan kebahagiaan. Kesempurnaan tidak akan selalu dapat dimiliki atau dirasakan oleh karena kesempurnaan berasal dan dimiliki oleh-Nya. Akan tetapi dalam menjalani hidup kebahagiaan akan selalu dapat kita rasakan oleh karena kebahagiaan berasal dari dalam diri kita sendiri. Dengan kata lain apabila dengan ketidaksempurnaan yang dimiliki dapat tetap iklhlas dan bersyukur, maka kebahagiaan akan senatiasa dpat kita rasakan. Dan tersenyum merupakan bagian rasa bahagia.